Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Dilema istri yang lebih sibuk daripada suami


Zaman sekarang saat tradisi istri mengurus rumah tangga dan suami bekerja sudah mulai berubah, maka kenyataan bahwa istri bisa jadi lebih sibuk ketimbang suami jadi tak terelakkan.
Bagaimana mengaturnya?
•    Saat istri bekerja, bukannya tak mungkin ia memiliki jam kerja yang lebih panjang dari suaminya.
     Hal ini membuat istri harus menghabiskan banyak waktu di luar rumah, dan sebagai gantinya, suamilah yang lebih sering menghabiskan waktu bersama anak-anak. Haruskah hal ini menjadi masalah?
Di tahun 2015, American Psychological Association menyimpulkan bahwa kesuksesan karier istri dapat menjadi pemicu konflik rumah tangga, karena para pria melihat kesuksesan istri sebagai kegagalannya sendiri, padahal mereka tidak sedang berkompetisi. Sebab di era serba maju sekarang ini, peran wanita memang dibutuhkan di berbagai lini. Maka, tak ada salahnya jika wanita pun ingin memenuhi dorongan dalam dirinya untuk bekerja.

     Sosiologis, Ish Mishra, dari the Delhi University menjelaskan bahwa karena masyarakat kita masih dalam taraf melakukan evolusi, maka tak mudah bagi pria untuk menyingkirkan stereotip wanita harus ada di rumah dan pria bekerja. Apalagi jika ternyata karier istri lebih gemilang dan membuatnya lebih sibuk. Rasa cemburu yang timbul dalam diri pria yang biasanya menjadi onak dalam hubungan.

     Ditambah lagi dengan fakta bahwa istri yang sibuk membuat suami harus terjun dalam pekerjaan rumah tangga, hal yang tak siap untuk dilakukannya. Jitender Malohtra, pakar hubungan, mengatakan; hingga kini masih banyak pria yang menganggap kesuksesan istri sebagai ancaman dan membuatnya merasa tidak nyaman. Mereka tidak siap menerima istri yang sering dinas keluar, memiliki jam kerja yang panjang, juga pendapatan yang lebih besar. Mereka merasa takut bahwa kesuksesan itu akan membuat istri berhenti menghargai suami.

      Padahal, menurutnya, jika istri lebih sibuk dan kariernya lebih gemilang ketimbang suami, lebih baik dianggap sebagai kompetisi sehat dan bahkan suami bisa belajar dari kegigihan istrinya. Lakukan tes SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, Threat) untuk lebih mengenal kemampuan sang istri. Penting diingat oleh suami; keduanya memiliki kewajiban untuk meningkatkan pemasukan, juga berkontribusi dalam membangun masa depan yang lebih cemerlang bagi seluruh anggota keluarga.

      Ketimbang membesarkan gengsi dan merasa malu, seorang suami bahkan bisa juga lebih legowo berbagi tugas dalam mendukung kesuksesan masing-masing. Jika suami punya lebih banyak waktu di rumah, maka lakukanlah pekerjaan rumah tangga agar istri merasa senang saat pulang, dan punya lebih banyak waktu untuk mengobrol, berdiskusi serta bersenang-senang dengan sang suami dan anak-anak.

      Menurut psikolog dari Tiga Generasi, Pita Wardhani, selama ada komunikasi yang baik antar pasangan, hal ini harusnya bukan masalah. Karena, Pita menegaskan, anak perlu menghabiskan waktu bersama kedua orangtuanya, jadi, menghabiskan waktu bersama ayah pun sama positifnya. Namun Pita mengingatkan, baik istri maupun suami harus bisa melihat dan mencermati kebutuhan keluarga mereka, dan memastikan komunikasi terjaga agar jam kerja istri ini tidak menjadi masalah di kemudian hari. Karier istri yang melejit meninggalkan karier suami lumrah kita jumpai saat ini. Tapi terkadang istri lupa akan kodratnya sebagai wanita. Dalam kehidupan rumah tangga, suami adalah kepala rumah tangga dan peran istri adalah pendamping suami; selain menjadi ibu dari anak-anak mereka.

      Jadi, meskipun karier lebih hebat, hendaknya istri tetap menjaga perasaan suaminya, tidak membanggakan kesuksesan di depan suami. Pria tidak suka direndahkan wanita, suami biasanya tidak ingin istrinya melebihi dirinya dalam suatu bidang yang dikuasainya. Untuk menjaga keutuhan rumah tangga, istri harus bisa menempatkan dirinya sebagai pendamping suami dan ibu dari anak-anak di rumah. Jangan membawa lingkungan pekerjaan di dalam rumah tangga, karena itu tidak etis dan merusak suasana kekeluargaan. Hargailah jerih payah suami meskipun kariernya tidak cemerlang, terimalah semua yang diberikan suami meskipun istri bisa membeli yang lebih baik

      Lisa Pierson Weinberger, seorang pengacara dan penemu dari situs Mom, Esq mengatakan "Ibu berkarier yang paling sukses biasanya telah menemukan cara yang efisien di dua dunia yang harus dipijaknya, dan hal ini menuntut dirinya untuk memenuhi syarat akan pilihan yang telah dibuat, lalu fokus pada prioritas." Karena itu, perempuan sibuk harus paham benar bagaimana mengatur anggota keluarganya.

      Ia juga harus mampu menemukan pengasuh atau daycare yang paling cocok bagi anak-anaknya. Kemudian, kemampuan mengatur waktunya pun harus sangat efektif. Amanda Wizz, pendiri dari Urban Clarity, sebuah penyedia layanan organisir dari Brooklyn mengatakan bahwa ia harus dapat menentukan sarapan, menyiapkan tas bayi, barang bawaan anak dan bawaannya sendiri setiap hari. Ia harus mampu menngatur barang-barang di rumah agar tidak buang-buang waktu mencari kunci setiap pagi.

     Siapkan apa saja yang dibutuhkan esok, dan sosialisasikan segala jadwal. Siapkan bahan makanan untuk satu minggu, misalnya. Lalu mengatur jadwalnya dengan seluruh anggota keluarga, agar tak melewatkan hal-hal penting seperti pertunjukan anak. Tentukan prioritas keluarga, membagi tugas sejak awal pekan, berbelanja kebutuhan keluarga bulanan dan mingguan, serta mengatur menu hingga bahan-bahan. Tujuannya agar tidak ada kepanikan di pagi hari, dan seluruh anggota keluarga masih bisa berbagi di meja sarapan.

Bagikan hasil Anda kepada teman..


Post a Comment for "Dilema istri yang lebih sibuk daripada suami"